oleh : imawan qoidi arif
Muqoddimah
Masa gemilang Islam mulai nampak ketika Allah ta’ala memberikan
hidayah ke dalam sanubari Umar bin Khattab untuk memeluk Islam , Islam yang dulunya selalu tertindas dan hina serta
dakwah Islam yang dilakukan secara
sembunyi - sembunyi kini menjadi terang-terangan ketika masuknya Umar bin Khattab
kedalam agama Islam , banyak dikalangan orang - orang Quraisy yang masuk Islam ,
baik dari kalangan pembesar maupun bawahan, ketika itu Islam mulai sedikit memiliki kekuatan dengan
hadirnya Umar bin Khottab.
Semua itu ternyata memberikan sebuah tanda akan kejayaan Islam . Pada
masa kekhilafahan beliau, dakwah Islam mulai berkembang ke berbagai seontaro
dunia, perluasan wilayah yang dilakukan oleh sahabat Umar bin Khottob adalah
merupakan kebanggaan bagi Islam, karena mampu
menaklukkan Negara adidaya yang dikenal oleh sejarah akan kejayaan dan
ketangguhannya, yang pada akhirnya tunduk dibawah kekuasaan Islam, padahal
belum pernah ada sejarah, bahwa kaum Arab mampu
menaklukkan Negara tersebut (Persi). Setelah
banyaknya wilayah yang mampu dikuasai oleh Islam dan tersebarnya dakwah Islam hingga tiba akhirnya wafatnya beliau ditangan
orang Persy, dia adalah seorang kesatria (dalam riwayat dia adalah seorang budak) dari Persy yang menuntut balas akan negaranya yang berhasil
ditaklukkan oleh kholifah Umar bin Khattab dia adalah Abu
Lu’luah.
Kini, tampuk kepemimpinan di
gantikan oleh sahabat Utsman bin Affan, menantu Rasulallah saw yang memiliki
julukan sebagai pemilik dua cahaya, sifat malu yang menjadi ciri khas beliau hingga
malaikatpun merasa malu kepadanya. Masa Utsman adalah
masa yang penuh dengan fitnah, baik itu fitnah tentang pengumpulan alquran maupun pembunuhan
beliau, sehingga sangat jarang sekali di soroti akan bagaimana
ekspansi pasukan kaum muslimin dalam menyebarkan dakwah Islam pada
masa kholifah beliau, apakah hanya
berhenti pada perluasan wilayah yang telah di lakukan oleh sahabat Umar bin Khottob
saja?
Fokus diskursus ini adalah pada bagaimana
kiprah kholifah Utsman dalam menyebarkan risalah Islam sepeningal kholifah Umar bin Khottob, dengan
ekspansi- ekspansi pasukan kaum muslimin keberbagai daerah dan mengukur
seberapa kuat dakwah ataupun ekspansi yang diutus oleh kholifah Utsman hingga
akhirnya timbul sebuah fitnah yang sangat besar bisa terjadi pada masa kekholifahan
beliau.
A.
EKSPANSI MILITER KE AZARBAIJAN DAN ARMENIA
Ibnu
Jarir berkata, “Pada tahun ke dua puluh empat Hijriyah al-Walid bin ‘Utbah
memerangi Azerbaijan dan Armenia di saat penduduknya enggan untuk melaksanakan
apa yang telah mereka sepakati terhadap kaum muslimin pada masa pemerintahan
Umar bin Khaththab ra. Khabar ini berdasarkan riwayat Abi Mukhannaf. Adapun
riwayat yang lain menjelaskan bahwa perang ini terjadi pada tahun ke dua puluh
enam Hijriyah. Tatkala mereka
menghianati perjanjian tersebut maka bergeraklah pasukan Al-Walid ke Azarbaijan
dan Armenia hingga negara mereka terinjak-injak dan harta mereka dirampas,
orang-orang ditawan dan banyak harta yang diambil.
Setelah
mereka yakin bahwa mereka akan binasa, mereka kembali mentaati perjanjian yang
dulu pernah mereka sepakati dengan Hudzaifah Ibnul Yaman pada tahun ke dua
puluh dua hijriyah, yaitu dengan membayar pajak sejumlah delapan ratus ribu
dirham pertahunnya. Kemudian diambil dari
mereka pajak setahun lalu pasukan pulang dengan selamat dengan membawa ghanimah
(harta rampasan perang) ke Kufah.[1]
1. PENAKLUKAN RAIY YANG
KEDUA PADA TAHUN 24 H.
Pada
tahun ini Raiy ditaklukkan oleh Abu Musa al-Asy’ary setelah mereka membatalkan
perjanjian yang telah mereka sepakati bersama Hudzaifah Ibnul Yaman [2]
2. PENAKLUKAN ISTARHAR
YANG KEDUA PADA TAHUN 27 H.
Al-Waqidi berkata,
“Pada tahun ini untuk kali yang kedua Istakhar ditaklukkan oleh pasukan yang
dipimpin Utsman bin Abil ‘Ash.[3]
3. PENAKLUKAN
THABARISTAN PADA TAHUN 30 H.
Menurut pendapat
al-Waqidi, Abu Ma’syar dan al-Madainy, pada tahun ini untuk pertama kalinya
wilayah ini ditaklukkan oleh pasukan Sa’id bin ‘Ash. Saif menyangka bahwa
penduduk wilayah ini sebelumnya pernah mengadakan perjanjian dengan Suwaid bin
Muqarrin yang isinya tidak me-merangi wilayah ini dengan sejumlah upeti yang
mereka berikan, Allahu a’lam. Al-Madainy menyebutkan bahwa di tengah
pasukan Said bin Ash terdapat al-Hasan, al-Husain, empat orang Abdullah,
Hudzaifah Ibnul Yaman dan sahabat Rasulullah saw. yang lain yang ikut
mengunjungi berbagai negara dengan membuat perjanjian dengan membayar upeti
hingga sampai ke ujung wilayah Jurjania. Pasukan kaum muslimin memerangi mereka
sehingga harus melaksanakan shalat Khauf. Hudzaifah Ibnul Yaman ditanya cara Rasulullah
saw. mengerjakan shalat khauf? beliaupun mengabarkannya kemu-dian anggota
pasukan melaksanakannya sesuai dengan yang diajarkan Hudzaifah Ibnul Yaman.
Kemudian penghuni
benteng meminta perdamaian. Permintaan itu dikabulkan dengan syarat penghuni benteng
dibunuh kecuali satu orang. Maka benteng tersebut dapat ditaklukkan dan semua
penghuninya dibunuh kecuali hanya satu orang. Kemudian pasukan Islam menghambil segala yang ada di dalam benteng.[4]
4. TERBUNUHNYA KISRA
YAZDIGRID RAJA PERSIA PADA TAHUN 31 H
Ibnu
Ishaq berkata, “Yazdigrid melarikan diri ke Karman dalam sebuah rombongan yang
sedang pergi ke daerah Maru. la meminta harta dari seba-gian penduduk, namun
penduduk tersebut enggan untuk memberikannya. Karena khawatir akan
keselamatan jiwa mereka, mereka mengirimkan delegasi ke Turki agar melepaskan
mereka dari cengkraman Yazdigrid dan teman-temannya. Maka datanglah tentara
Turki dan membunuh teman-teman Yazdigrid. Adapun Yazdigrid melarikan diri ke
rumah seorang tukang giling di tepi sungai Marghab.[5] la
bermalam di sana dan ketika ia tertidur orang tersebut membunuhnya.[6]
Al-Madainy
berkata, “Setelah teman-temannya dibunuh, Yazdigrid melarikan diri dengan
berjalan kaki sambil membawa mahkota, ikat pinggang dan pedangnya hingga sampai
di sebuah rumah tukang giling dan tinggal di sana. Ketika Yazdigrid lengah tukang giling tersebut membunuhnya dan me-ngambil
harta yang di bawa Yazdigrid. Kemudian tentara Turki datang mencari Yazdigrid
yang ternyata sudah dibunuh orang tersebut. Lantas tentara Turki itu membunuh
orang tersebut dan semua penghuni rumahnya serta mengambil harta milik
Yazdigrid kemudian meletakkan mayat kisra di sebuah peti lalu mereka bawa ke
Istakhar.[7]
Usia kerajaan Yazdigrid
dua puluh tahun, empat tahun di Da’ah dan selebihnya berpindah-pindah dari satu
tempat ketempat lain karena takut bertemu dengan Islam dan kaum muslimin. Secara mutlak ia adalah
raja Parsi yang terakhir di dunia. Rasulullah saw. bersabda, “Jika Kaisar
(Ramawi) telah mangkat maka tidak akan ada lagi kaisar setelahnya dan jika
Kisra (Persia) telah mangkat tidak akan ada lagi Kisra setelahnya. Demi
Allah yang jiwaku berada di tanganNya kalian akan menafkahkan harta karun
mereka dijalan Allah.”[8]
Di
dalam sebuah hadits shahih tercantum bahwa ketika surat Nabi dirobek-robek oleh
Kisra, Rasulullah saw. mendoakan semoga Allah SWT. merobek-robek kerajaannya
dan hal tersebut sudah menjadi kenyataan.[9]
5. EKSPANSI PASUKAN
IBNU AMIR PADA TAHUN 31 H.
Pada tahun ini Abdullah
bin Amir menaklukkan berbagai daerah yang melanggar perjanjian yang telah
disepakati. Ada yang ditaklukkan dengan kekerasan dan ada juga yang ditaklukkan
dengan membuat perdamaian. Di antara kota yang beliau taklukkan adalah kota
Muru dengan pajak satu juta dua ratus ribu dirham, dikatakan enam juta dua
ratus ribu dirham per tahun. Kota Thus, Abrasyhar, Biward, Nisa hingga mencapai
kota Sarakhs.[10]
6. PERTEMPURAN AL-BAB
DAN BALANJAR PADA TAHUN 33 H.
Pada
tahun ini Sa’id bin ‘Ash[11]
menunjuk Salman bin Rabi’ah[12] al-Bahily
memimpin pasukan untuk Kota al-bab dan ia mengirimkan surat kepada Abdur
Rahman bin Rabi’ah” untuk membantunya dengan me-nyerang dari arah sana. Maka bergeraklah pasukan Salman hingga sampai Balanjar lantas mengepung
kota tersebut dan menyiapkan manjaniq dan ‘aradah[13].
Pasukan Balanjar keluar untuk menghadang dan dibantu oleh pasukan Turki.
Maka meletuslah pertempuran yang sengit. Sebenarnya orang turki takut
berhadapan dengan pasukan kaum muslimin, karena mereka mengira bahwa personil
pasukan kaum muslimin tidak bisa mati. Bertemu-lah pasukan kaum muslimin dan
pasukan Turki dan meletuslah pertempuran. Pada pertempuran ini Abdur Rahman bin
Rabi’ah terbunuh -dikatakan ia bergelar Dzun Nur-[14] dan pasukan kaum muslimin mengalami kekalahan
hingga terpecah. Sebagian pergi ke daerah Kharaj dan sebagian lain menem-puh
jalan pinggiran daerah Jilan dan Jurjan. Dalam kelompok ini terdapat Abu
Hurairah dan Salman al-Farisy.
Orang
Turki membawa jasad Abdur Rahman bin Rabi’ah (beliau salah seorang pemimpin
pasukan kaum muslimin yang gagah perkasa) ke negeri mereka dan menguburkannya
di sana. Sampai seka-rang mereka berdoa meminta hujan
bertawasul dengan mayat beliau.[15]
Tatkala Abdur Rahman bin Rabi’ah terbunuh, Sa’id bin Ash menetapkan Salman bin
Rabi’ah sebagai penggantinya dan Utsman bin Affan ra. membantu mereka dengan
mengirimkan orang-orang Syam ke sana di antara mereka Habib bin Maslamah.
Kemudian terjadi perebutan kekuasaan antara Salman bin Rabi’ah dan Habib bin
Maslamah dan inilah awal perselisihan antara penduduk Kufah dan Syam.[16]
7. PENAKLUKAN YANG
DILAKUKAN PASUKAN IBNU AMIR PADA TAHUN 32 H.
Pada tahun ini Ibnu
Amir menaklukkan Marwu ar-Rudz,Thalaqan, Faryaab, Jurjan dan Thukharistan.
Adapun Marwu ar-Rudz, Ibnu Amir mengirimkan pasukan al-Ahnaf bin Qais dan
mengepung daerah tersebut kemudian pasukan mereka keluar dan meletuslah
pertempuran hingga pasukan kaum muslimin dapat mema-tahkan kekuatan mereka dan
mendesak mereka masuk ke dalam benteng hingga akhirnya mereka meminta
perdamaian dengan memberikan uang yang melimpah dan setiap tanah kepunyaan
penduduk harus dikeluarkan pajak-nya serta membiarkan tanah yang diberikan
Kisra kepada ayahnya Marzaban penguasa Maru. Kemudian al-Ahnaf menerima dan
menuliskan perdamaian tersebut.[17]
Kemudian al-Ahnaf
mengirim al-Aqra’ bin Harits ke daerah Juzajan yang akhirnya dapat ditaklukkan
setelah melalui pertempuran. Setelah terbunuh beberapa orang yang gagah perkasa
dari pasukan kaum muslimin barulah kemudian pasukan meraih kemenangan. Di
antara mereka yang terbunuh adalah Abu Kutsaiyir an-Nahsyaly[18] yang
diabadikan dalam se-buah syair panjang di antaranya bait syair yang berbunyi: Apabila
awan mendung hitam menumpahkan airnya Niscaya binasalah serdadu-serdadu
di juzajan Di dalam dua buah istana di desa Khuuth Dun al-Aqra’
membinasakan mereka semua di sana
Kemudian al-Ahnaf
bergerak dari Marwu Rudz ke Balkh lantas menge-pungnya hingga mereka minta
perdamaian dengan memberikan upeti empat ratus ribu dirham dan mewakilkan
pengambilan upeti tersebut kepada se-pupunya Usaid bin al-Mutasyammis. Kemudian
kembali bergerak untuk meneruskan jihad namun terhalang oleh musim dingin, ia
berkata kepada pasukannya, “Terserah kalian (mau diteruskan atau tidak)?”
mereka men-jawab, “Amr bin Ma’di Karib berkata, ‘Jika engkau tidak sanggup
melaksanakan sesuatu maka tinggalkanlah, dan laksanakanlah apa yang
sanggup kamu lakukan‘.”
Maka al-Ahnaf
memerintahkan mereka untuk bergerak ke Balkh dan tinggal di sana selama musim
dingin kemudian kembali ke markas Ibnu Amir di Naisabur.[19]
Dikatakan kepada Ibnu
Amir, “Tidak pernah seseorang melakukan penaklukkan seperti yang telah engkau
taklukkan: Persia, Kirman, Sajistan dan seluruh Khurasan.” Ia menjawab, “Sudah
pasti, sebagai rasa syukurku kepada Allah SWT. Aku akan melakukan umrah dan
memulai ihram dari tempatku ini.” Maka ia melakukan umrah dan berihram dari
Naisabur.[20]
Tatkala ia ber-jumpa dengan Utsman bin Affan ra,[21] ia
mendapat teguran dari beliau karena berihram dari Naisabur Khurasan.
8. DIKALAHKANNYA QARIN
DI WILAYAH KHURASAN
Ketika Ibnu Amir
kembali dari peperangan, ia menetapkan Qais bin al-Haitsam sebagai pemimpin
daerah Khurasan. Maka datanglah Qarin dengan membawa pasukan Turki sebanyak
empat puluh ribu personil dan dihadang oleh pasukan Abdullah bin Khazim
as-Sulamy[22]
dengan jumlah pasukan empat ribu personil. la menempatkan pada barisan depan
enam ratus orang personil dan memerintahkan setiap orang untuk meletakkan api
pada ujung tombaknya dan mendatanginya pada tengah malam lalu menyerbu mereka.
Maka mereka pun bertempur dan dibuat panik oleh barisan terdepan tadi. Lantas
Abdullah bin Hazim dan pasukannya datang dan mengepung mereka sehingga pasukan
musyrik lari terbirit-birit.
Kemudian pasukan kaum
mus-limin mengejar mereka dan bebas membunuh siapa saja di antara mereka. Pada
pertempuran ini Qarin terbunuh bersama yang lainnya. Pasukan kaum muslimin
mendapat rampasan harta yang banyak, tawanan dan uang yang melimpah ruah.
Keberhasilan penaklukan ini diberitahukan kepada Ibnu Amir sehingga ia ridha
dan menetapkannya di Khurasan. Pada awalnya, dae-rah yang tadinya dipimpin oleh
Qais bin al-Haitsam ini berhasil dikuasai musuh sehingga Qais bin al-Haitsam
dikeluarkan dari Khurasan. Kemudian Abdullah bin Hazim memimpin pasukan kaum
muslimin ketika meletus perang Qarin. Setelah ia berhasil mengalahkan musuh dan
mengumpulkan banyak harta rampasan, ia mendapat keridhaan dari Ibnu Amir dan
menetapkannya di Khurasan.[23]
B.EKSPANSI MILITER KE
DAERAH SYAM DAN MAGHRIB
1. PERANG ROMAWI PADA
TAHUN 24 H.
Ibnu Jarir berkata,
“Pada tahun ini Kerajaan Romawi memperkuat pasu-kannya sehingga membuat
penduduk Syam merasa takut. Maka dikirimlah surat kepada Utsman bin Affan ra.
meminta bala bantuan pasukan. Maka Utsman ra.menulis surat kepada Al-Walid bin
‘Uqbah yang isinya: Jika surat ini sampai ke tanganmu maka kirimkan seorang
yang terpercaya, mulia dan gagah berani yang disertai dengan delapan, sembilan
atau sepuluh ribu personil ke sahabat-sahabat kalian di negeri Syam. Ketika
sampai surat tersebut ke tangan Al-Walid bin ‘Uqbah, ia memberikan khutbahnya
di tengah khalayak ramai dan mengabarkan isi perintah Amirul Mukminin. Ia
memberikan sema-ngat dan dorongan untuk berjihad membantu Muawiyah dan penduduk
Syam. Ia mengangkat Salman bin Rabi’ah untuk memimpin pasukan yang akan
bergerak menuju Syam. Maka Hanya dalam waktu tiga hari saja telah ter-kumpul
sebanyak delapan ribu personil kemudian bergerak menuju Syam untuk bergabung
dengan pasukan Syam yang dipimpin oleh Habib bin Maslamah bin Khalid al-Fahry.
Maka bersatulah dua pasukan lantas bergerak menggempur negara Romawi hingga
mereka menang dengan mendapatkan harta rampasan dan tawanan yang banyak serta
menguasai banyak benteng-benteng.[24] Alhamdulillah.
Al-Waqidi berpendapat
bahwa yang memberi bantuan penduduk Syam dengan mengirim Salman bin Rabi’ah
adalah Sa’id bin Rabi’ah berdasarkan surat perintah Utsman ra. Maka Sa’id bin
‘Ash mengirim Salman bin Rabi’ah bersama enam ribu personil yang mengendarai
kuda hingga bergabung dengan pasukan yang dipimpin Hubaib bin Salamah dan
ternyata mereka sudah ditunggu oleh pasukan Muriyan Romawi yang berjumlah
sebanyak delapan puluh ribu personil yang terdiri dari bangsa Romawi dan Turki.
Hubaib bin Salamah adalah seorang yang gagah-perkasa, cerdas, menguasai taktik
perang, ia bertekad akan menyerang pasukan Romawi pada malam hari. Tekad ini ia
utarakan kepada para pimpinan pasukan dan terdengar oleh istrinya lalu berkata,
“Di mana tempat kita bertemu besok?” Hubaib berkata, “Besok kita dapat bertemu
di kemah-kemah pasukan Muriyan Romawi atau di surga.”
Kemudian pada malam itu
penyerbuan dilakukan dan membunuh setiap orang yang menghalangi gerakan mereka.
Adapun istrinya telah sampai ter-lebih dahulu di kemah pasukan Muriyan dan ia
adalah wanita Arab pertama yang mendirikan kemah.[25]
2. PENAKLUKKAN KOTA
ISKANDARIYAH SETELAH MELANGGAR PERJANJIAN DAMAI PADA TAHUN 25 H.
Penduduk Iskandariyah
melanggar perjanjian damai pada tahun ini. Sebabnya karena raja Romawi
mengirimkan kepada mereka alat pelempar batu melalui transportasi laut sehingga
mereka sangat menginginkan kemenangan dan melanggar perjanian tersebut. Maka
pasukan Amr bin al-’Ash datang menggempur mereka pada bulan Rabi’ul Awwal
sehingga ‘Anwah dan kota Iskandariyah dapat dikuasai kembali dengan perjanjian
damai.
3. PERTEMPURAN AFRIRA
PADA TAHUN 27 H.
Utsman bin Affan ra.
mengeluarkan perintah kepada Abdullah bin Saad bin Abi Sarh agar memerangi
negara Afrika dan jika ia berhasil menak-lukkannya maka ia akan diberi
seperlima dari harta ghanimah. Bergeraklah Abdullah bin Saad dengan membawa
pasukan yang berkekuatan sepuluh ribu personil yang akhirnya dapat menaklukkan
dataran rendah dan pegu-nungannya serta banyak menelan korban dari pihak musuh.
Kemudian mereka bersepakat untuk taat dan memeluk Islam serta baik keIslam an mereka. Lalu Abdullah
bin Saad mengambil seperlima bagian dari harta ghanimah dan mengirim empat
perlima bagian kepada Utsman bin Affan ra. Yang kemudian dibagikan kepada para
tentara , sehingga pasukan berkuda masing –masing mendapat tiga ribu dinar dan
pasukan artileri masing-masing mendapat seribu dinar.[26]
4. PERISTIWA JURJIR DAN
BARBAR BERSAMA RAUM MUSLIMIN
Pasukan kaum muslimin
yang berkekuatan Dua puluh ribu personil bergerak menuju Afrika di bawah
komando Abdullah bin Saad bin Abi Sarh. Ikut serta bersama mereka Abdullah bin
Umar ra. dan Abdullah bin az-Zubair. Raja kerajaan Barbar yang bernama Jurjir
bersama pasukan yang berkekuatan seratus dua puluh ribu personil ada yang
mengatakan dua ratus ribu personil, bergerak menghadang pasukan kaum muslimin. Ketika
dua pasukan tersebut sudah saling berhadapan, raja Jurjir memerintahkan
pasukannya untuk mengepung pasukan kaum muslimin, sehingga pasukan kaum
muslimin berada dalam posisi yang sangat genting dan mencekam yang belum pernah
terjadi sebelumnya. Lalu Abdullah bin az-Zubair berkata, “Aku melihat Raja
Jurjir dari barisan belakang sedang mengendarai keledai yang dipayungi oleh dua
orang wanita dengan bulu burung merak.
Maka
aku mendatangi Abdullah bin Saad bin Abi Sarh dan aku minta agar ia menugaskan
beberapa orang untuk menjagaku dari belakang ketika aku mendekati raja
tersebut. Kemudian ia menunjuk beberapa orang yang gagah perkasa
agar melindungiku dari belakang. Lalu aku pergi mendekati raja dan dengan mudah
aku terobos barisan pasukan mereka, karena mereka menyangka bahwa aku sedang
membawa surat untuk sang raja. Ketika jarak antara aku dan raja sudah dekat, ia
mencium adanya maksud jahat dariku, iapun lari dengan menunggang keledainya.
Kemudian aku kejar dan aku tikam dengan tombak lalu aku tebas dengan pedangku
lantas aku ambil kepalanya dan aku letakkan di ujung tombakku kemudian aku
bertakbir. Melihat pemandangan seperti itu, kocar-kacirlah pasukan Barbar dan
berlarian seperti burung yang berterbangan. Mereka dikejar oleh pasukan kaum
muslimin yang kemudian membunuh dan menawan mereka serta mendapatkan harta
rampasan yang melimpah dan tawanan dan banyak. Peristiwa itu terjadi di daerah
yang bernama Subaithilah yang berjarak dua hari dari Qairuwan. Kisah ini
meru-pakan awal dari mencuatnya nama Abdullah bin az-Zubair.[27]
5. PERTEMPURAN
ANDALUSIA PADA TAHUN 27 H.
Tatkala Afrika sudah
ditaklukkan, Utsman bin Affan ra. mengirim perintah kepada Abdullah bin Nafi’
bin Qais dan Abdullah bin Nafi’ bin al-Hushain agar segera bergerak ke
Andalusia melalui jalan laut. Dalam surat yang ditujukan kepada pasukan yang
akan berangkat, Utsman ra.berkata, “Sesungguhnya Kota Kostantinopel ditaklukkan
dari jalan laut dan jika kalian dapat menaklukkan Andalusia, berarti kalian
juga mendapat pahala orang yang menaklukkan Kota Konstantinopel di akhir zaman
kelak. Wassalam.” Kemudian pasukan bergerak menuju Andalusia dan berhasil
menaklukkannya. [28]
6. PENAKLUKAN KOTA
CIPRUS PADA TAHUN 28 H.
Ibnu
Jarir yang mengikuti pendapat al-Waqidi yang menyebutkan bahwa Kota Ciprus
ditaklukkan pada tahun ini. Ciprus adalah sebuah
pulau terpencil di perairan negeri Syam. Bentuknya memanjang hingga mencapai
pantai yang terdapat di dekat kota Damaskus. Bagian baratnya yang paling luas.
Di pulau tersebut terdapat berbagai macam buah-buahan, barang tambang dan
merupakan sebuah negeri yang indah. Negeri ini ditaklukkan oleh pasukan kaum
muslimin yang berkekuatan besar di bawah pimpinan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang
bergerak dengan menggunakan kapal. Di antara mereka terdapat Ubadah bin Shamit
dan istrinya Ummu Haram binti Milhan yang Rasulullah saw. pernah tidur di
rumahnya kemudian bangun dan tertawa. Ummu Haram bertanya, “Apa yang membuatmu
tertawa ya Rasulullah saw.?” Rasulullah saw. menjawab, ” Diperlihatkan
kepadaku umatku yang sedang perperang fi sabilillah dengnn menaiki kapal
di laut ini, seolah-olah mereka seperti raja-raja yang berada di atas singgasana.“
Saya (Ummu Haram)
berkata, “Ya Rasulullah saw. doakan kepada Allah SWT. agar aku termasuk di
antara mereka!” Kemudian Rasulullah saw. mendoakannya lalu beliau kembali tidur
lantas kembali terbangun sambil tertawa. Ummu Haram bertanya, “Apa yang
membuatmu tertawa ya Rasulullah saw.?” Rasulullah saw. menjawab, ” Diperlihatkan
kepadaku umatku yang sedang berperang fi sabilillah dengan menaiki kapal
di laut ini, seolah-olah mereka seperti raja-raja yang berada di atas singgasana.”
Ummu Haram berkata, “Ya Rasulullah saw. doakan kepada Allah SWT. agar aku
termasuk di antara mereka!”. Rasulullah saw. bersabda, “Engkau adalah termasuk orang-orang yang pertama. “[29]
Ummu Haram ikut serta
dalam pertempuran ini dan wafat di tengah pasukan tersebut. Maksudnya bahwa
Mu’awiyah menggunakan kapal untuk mencapai pulau yang sudah dikenal tersebut di
daerah Qarish dengan bala tentara yang berkekuatan besar, berdasarkan perintah
dari Utsman bin Affan ra.
Dan setelah diminta oleh Mu’awiyah. Sebelumnya Mu’awiyah juga pernah me-minta
hal tersebut kepada Umar ra. bin Khaththab, namun Umar ra. tidak
meng-izinkannya membawa pasukan begitu besar yang jika mengalami kekalahan akan
membinasakan semua tentara tersebut. Ketika pemerintahan
dipegang Utsman, Mu’awiyah mendesaknya agar diberi izin maka Utsman ra.pun
mengizin-kannya. Kemudian Mu’awiyah menaiki kapal hingga sampai ke tempat
tu-juan dan Abdullah bin Saad bin Abi Sarh juga telah sampai dari arah lain.
Lalu mereka mengempur penghuni pulau tersebut hingga banyak korban yang jatuh
dari pihak musuh dan banyak juga yang tertawan serta membawa harta ghanimah yang
melimpah.[30]
Ketika para tawanan
tersebut didatangkan, menangislah Abu Darda’. Jubair bin Nufair berkata
kepadanya, “Mengapa kamu menangis padahal pada hari ini Allah SWT. telah
menjayakan Islam dan kaum muslimin?” Abu
Darda’ berkata, “Bagaimana kamu ini, tadinya mereka adalah umat yang dapat
me-nguasai kerajaankerajaan lain, di saat mereka tidak menghiraukan perintah
Allah SWT., Allah SWT. merubah posisi mereka menjadi seperti yang kamu lihat
sendiri, mereka menjadi tawanan. Jika suatu kaum telah menjadi tawanan maka
Allah SWT. tidak lagi mempedulikan mereka.” Kemudian ia melanjutkan ucapannya,
“Sungguh Allah sangat menghinakan hamba yang meninggalkan perin-tahNya.”[31]
Kemudian mereka membuat
perjanjian damai dengan memberikan upeti tujuh ribu dinar pertahunnya. Di saat
hendak pulang, disediakanlah seekor bighal sebagai kendaraan Ummu Haram. Namun
pada saat itu ia terjatuh dan lehernya patah sehingga ia tewas dan dikuburkan
di sana.[32]
7. PERTEMPURAN
DZATUSH-SHAWARY PADA TAHUN 31 H.
Berdasarkan apa yang
disebutkan oleh al-Waqidi bahwa pada tahun ini terjadi pertempuran
Dzatush-Shawary di laut Abu Ma’syar berkata, “Per-tempuran Dzatush- Shawary
terjadi pada tahun tiga puluh empat Hijriyah.”[33]
Ringkasan peristiwa yang disebutkan oleh al-Waqidi, Saif dan Iain-lain adalah
sebagai berikut: Ketika Faranj, Barbar di Afrika dan Andalusia telah
ditaklukkan Abdullah bin Saad bin Abi Sarh, kerajaan Romawi dirundung
kegelisahan. Lalu mereka berkumpul di bawah pimpinan Konstantin bin Hiraklius
dengan jumlah pasukan yang belum pernah ada semenjak munculnya Islam , kemudian
ber-gerak menuju wilayah kaum muslimin dengan menggunakan lima ratus kapal.
Tujuan mereka hendak menyerang Abdullah bin Saad bin Abi Sarh dan pasukannya
yang sedang berada di daerah Maroko. Maka berha-dapanlah kedua pasukan
tersebut.
Pada malam harinya
orang-orang Romawi melakukan acara-acara misa dan menyembah salib sementara
kaum muslimin pada malam hari membaca al-Qur’an dan shalat. Pada pagi hari,
Abdullah bin Sa’ad mengatur barisan pasukan di kapal dan memerintahkan mereka
agar senantiasa berdzikir dan membaca al-Qur’an. Beberapa orang yang
menyaksikan hal itu berkata, “Mereka menyerang kita dengan pasukan yang sangat
banyak yang belum pernah kita saksikan sebelumnya.” Maka kami katakan kepada
mereka, “Jika kalian mau, kami akan keluar menghadapi musuh dan kalian boleh
tinggal di daratan. Kita lihat siapa di antara kita yang lebih dulu mati.” Tiba
tiba mereka serentak berseru dan berteriak, “Air! Air!” Lantas dengan segera
kami mendekati kapal musuh kemudian kami ikat kapal kami dengan kapal mereka
lalu kami tebas mereka dengan pedang,setiap orang saling tebas menebas dengan
pedang dan belati, kemudian ombak datang menghantam kapal-kapal tersebut
sehingga terdampar di pinggir pantai.
Dan menghanyutkan
mayat-mayat ke tepi pantai hingga tumpukannya seperti gunung yang besar. Air
laut menjadi memerah. Pasukan kaum muslimin bersabar menghadapinya dengan
kesabaran yang tiada tara. Banyak korban berjatuhan dari pasukan kaum muslimin
terlebih lagi dari pihak Romawi. Kemudian Allah SWT. menurunkan pertolonganNya
maka Konstanrin bersama pasukannya melarikan diri dan jumlah mereka sangatiah
sedikit. la sendiri terluka parah dan terpaksa berhenti untuk mengobati
lukanya. Abdullah bin Saad menetap selama beberapa hari di Dzatush-Shawary
kemudian pulang dengan membawa kemenangan dan kejayaan.[34]
8. INVANSI NEGERI
ROMAWI PADA TAHUN 33 H.
Pada
tahun ini Mu’awiyah menggempur negara Romawi sehingga wilayah kekuasaannya
menjadi kecil hanya di daerah Konstantinopel. Mu’awiyah disertai oleh istrinya
‘Atikah dan ada yang mengatakan Fakhitah[35] binti
Qarthah bin Abdu Amr bin Nufail bin Abdi Manaf, sebagaimana yang disebutkan
oleh al-Waqidi dan Abu Ma’syar.
Ekspansi terakhir dan
awal terjadinya fitnah
Az-Zuhri berkata: Utsman memangku kekhilafahan selama dua belas
tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan
kebencian kepadanya. sebab dia adalah orang yang lebih disenangi oleh orang
quraisy dari pada umar bin khattab. sebab jumar sangat keras dan tegas kepada
mereka. tatkala Utsman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan
menyambung semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah itu dia
bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat
- kerabat dekatnya pada enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada
Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada
kerabat-kerabatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai jalinan tali
silaturrahim sebagaimana yang Allah perintahkan kepada umatnya. Dia berkata,"Sesungguhnya
abu bakar dan umar tidak mengambil hak mereka. namun saya mengambil apa yang
menjadi hak saya, dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku. Orang orang
yang ada saat itu menyatakan protes" (riwayat Ibnu Sa'ad)
Ibnu Asakir meriwayatkan dari jalur yang lain dari Az-Zuhri dia
berkata : Saya katakan kepada Sa'id Ibnu Al- Musayyib; Apakah anda bisa
ceritakan kepadaku bagaimana Utsman dibunuh, dan bagaimana sikap dia dan sikap
manusia, serta mengapa sahabat-sahabat Rasulallah tidak membelanya?
Ibnu
Al- Musayyib berkata; Utsman dibunuh dengan cara yang zhalim. siapa yang
membunuhnya, maka dia adalah orang yang
zhalim. Siapa yang membiarkannya, dia mendapat ampunan.
Saya
katakan kepadanya ; Bagaimana hal itu bisa terjadi ?
Dia
berkata; Sesungguhnya tatkala Utsman memerintahkan ada sebagian sahabat yang
tidak suka terhadap pemerintahannya, sebab utsman lebih condong kepada kaumnya.
Dia memangku khilafah selama dua belas tahun. yang dia angkat sebagai pejabat-
pejabat pemerintahan kebanyakan berasal dari bani Umayyah yang tidak pernah
hidup bersama Rasulallah. Orang- orang yang menjabat itu tidak disenangi oleh
sahabat-sahabat Rasulallah. Utsman dicela oleh para sahabat akibat tindakan
pengangkatan mereka, namun dia tidak memecat mereka. Itu terjadi pada tahun
tiga puluh lima hijriyah.[36]
Analisis
Pada masa awal jabatan kholifah Utsman bin Affan masih
dalam kondisi yang stabil, meskipun pada akhir masa jabatanya banyak isu
ataupun fitnah yang disebarkan oleh orang- orang munafik dan oleh seorang
yahudi Abdullah bin Saba’ yang menyebabkan para sahabat berburuk sanka kepada
beliau namun itu semua tidak mempengaruhi perjuangan dakwah dengan ekspansi-ekspansi militer
lantaran masa fitnah terjadi pada akhir kekhilafahan beliau.
Selama dua belas tahun lamanya, tampuk kepemimpinan
yang di pegang oleh kholifah Utman bin Affan akhirnya menghasilkan perluasan Islam
yang begitu besar dan luas. Dalam kurun
waktu yang jauh lebih lama dari pada kholifah sebelumnya, semakin memperkuat
dakwah Islam .
Penaklukan kholifah Utsman bin Affan dilakukan
secara berkesinambungan, hampir setiap tahun bahkan tidak mencapai satu tahun
kholifah Utsman bin Affan dengan gigih melakukan penaklukan-penaklukan ke
berbagai daerah, ini menunjukkan akan kekuatan militer yang masih stabil dalam
tubuh kaum muslimin ketika itu.
Perjuangan estafet yang dilakukan oleh kholifah Utsman
telah mencapai kemenangan yang gemilang, hingga pada akhir jabatan beliau
terhalanginya ekspansi pasukan kaum muslimin dalam dakwah adalah lantaran
pengaruh Abdullah bin Saba’ dan orang - orang munafik yang menyebarkan fitnah
terhadap kholifah Utsman sehingga pada masa akhir jabatannya yang dilakukan hanyalah
fokus kepada masalah interen yang harus dihadapi, dan akhirnya pun kematian Utsman
terjadi ditangan para pemberontak. Wallahu a’lam bishowab.
[1] Tarikh ar-Rusul wal Muluk, 4/246. Di dalam buku Khalifah bin
Khayyath, 160, Azerbaijan ditaklukkan pada tahun dua puluh delapan Hijriyah.
[2] Khalifah bin Khayyath dalam bukunya at-Tarikh,
157, dan al-Baladziry dalam bukunya Futuhul Buldan, 391.
[4] Lihat Tarikh
Khalifah, 165-166, beliau mengeluarkan sebuah riwayat dengan sanad yang
shahih tentang pertanyaan Sa’id bin ‘Ash kepada Hudzaifah Ibnul Yaman mengenai
cara melaksnakan shalat khauf. Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/269.
[5] Marghab adalah nama sungai di daerah
Maru Syahjan
[6] Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tar/khnya,
4/293. al-Baladzary dalam kitabnya Futuh al-Buldan, 387
[7] Ibnu Jarir
ath-Thabari dalam Tarikhnya, 4/294. Beberapa riwayat lain menyebutkan
bagaimana kisah pelarian dan terbunuhnya Kisra lihat,
4/294-200.
[8] Shahih
Bukhari dalam Kitab al-Manaqib pada Bab Tanda-tanda Kenabian dalam Islam , 6/635 -
Fathul Bari. Muslim dalam Kitab Fitan (no 2918-2919). 635 – Fathul
Bari. Muslim dalam Kitab Fitan, no
2918-2919
[9] Dikeluarkan
oleh al-Bukhari dalam Shahihnya dalam Kitab al-Maghazi pada
Bab Surat Nabi Sfe, kepada Kisra dan Kaisar, 8/126 – Fathul Bari
[10] Lihat rinciannya di Tarikh
ath-Thabari, 4/300-303.
[11] Dan ke Kufah
[12] Saudara Salman al-Bahily. Lihat
biografinya di al-Ishabah, 4/304
[13] Majaniq ialah alat pelempar. ‘Aradah
ialah alat pelempar yang lebih kecil dari majaniq, Pent.
[14] Pada kitab aslinya: Dzun Nun.
Koreksi ini dari Tarikh ath-Thabari, 4/304 dan al-Ishabah karya
Ibnu Hajar
[15] Yaitu hingga
tahun penulis (al-Bidayah Wan Nihayah) abad ke delapan Hijriyah. amalan
yang mereka lakukan tidak disyariatkan bahkan termasukTabarrukyang dilarang
oleh syariat.
[16] Lihat rincian yang lebih luas di Tarikh
ath-Thabari, 4/304-307
[17] Lihat
rincian yang lebih luas di Tarikh ath-Thabari, 4/311-312.
[18] Dalam Tarikh ath-Thabari, 4/313,
ia katakan: Kutstsir
[19] Dalam Tarikh ath-Thabari, 4/313,
dan setelahnya
[20] Naisabur, sebuah kota di daerah
Khurasan
[21] Utsman ra.
mengkritiknya karena telah melalukan suatu hal yang bertentangan dengan sunnah
dalam permasalahan berihram untuk umrah sebelum sampai ke Miqat. Hal ini mengandung
kesukaran dan takalluf. Sunnah ihram untuk haji dan umrah harus berasal dari
miqat-miqat yang telah ditentukan oleh syar’i. Lihat beritanya pada Tarikh
ath-Thabari, 4/314.
[22] Abdullah bin Hazim as-Sulamy abu
Shalih Amir yang tertenal. Lihat biografirrya dalam al-Ishabah karya
Ibnu Hajar, 4/69.
[23] Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/314-316.
[24] Tarikh ar-Rusul wal Muluk, 4/241
[25] Tankh
ar-Rusul wal Muluk, 4/248. Lihat Ibnu Atsir, al-Kamil fiat-Tarikh, 3/84.
Ia menetapkan kejadian terjadi pada zaman 25 H.
[26] Ibnu Abdil Hakim, Futuh Mashr
walMaghrib, 246-247. Lihat Ibnu Jarir Tarikh ath-Thabari, 4/253
[27] Ibnu Abdil Hakim, Futuh Mashr
wa/Maghrib, 248 dan riwayat setelahnya, dengan konteks yang berbeda
[28] Ath-Thabari menyebutkan dalam Tarikh,
4/255 dari jalur Saif bin Umar ra. dari guru-gurunya. Lihat kitab Doktor
Abdur Rahman al-Haji dalam kitabnya Tarikh al-Andalus MinalFathi Hatta
Suquth Gharnathah, 44. Dan banyak buku-buku referensi yang menyebutkan
tentang sejarah ini, khususnya tentang Andalusia. Peperangan ini untuk membuka
kepulauan Andalus sehingga pasukan tersebut dapat memasukinya dan mengambil ghanimahnya
lalu kembali dengan selamat, namun penaklukan ini bukan penaklukan yang
permanen. Karena penaklukan tersebut terlalu dini dan tidak ada tindak
lanjutnya kecuali pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Keterlambatan ini
mungkin dipengaruhi kondisi intern Daulah Islam .
[29] Hadits ini diriwayatkan oleh
al-Bukhari dalam Kitab Mad pada Bab Pertempuran wanita di laut, 6/76-Fathu/
Ban
[30] Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tarikh,
4/261. Dengan konteks yang hampir sama
[31] Ucapan Abu
Darda’ ini dikeluarkan oleh Abu Ishaq al-Fazary dalam kitabnya as-Siyar, 142
dengan sanad yang shahih. Demikian juga ath-Thabari dalam Tarikhnya,
4/262
[32] Hadits Shahih
Bukhari mengisyaratkan bahwa ummu Haram wafat di daerah Qabrish. Lihat
biografi Ummu Haram di kitab al-Ishabah (189/8) dan lihat Tarikh
ath-Thabari, 4/262.
[33] Ibnu Jarir dalam Tarikh, 4/288
[34] Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tarikhnya,
4/290. Lihat kitab Futuh Mashr walMaghrib karya Ibnu Abdul Hakim,
225
[35] Pada asal
kitab disebutkan Fathimah. koreksi dari Tarikh ath-Thabari, 4/304. Lihat
Jamharah Anshab al-’Arab karya Ibnu Hazm, 116
[36]
Tarikh kulafa’ hal 158
0 komentar:
Posting Komentar