Cari Blog Ini

JOIN THE CARAVAN

Get Gifs at CodemySpace.com Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 15 Desember 2011

Bukan Politik Kholifah Utsman bin Affan


layaknya setan yang mengoda manusia tatkala tak mampu mereka menggoda dari satu arah mereka akan senantiasa mencari celah yang lain begitu pulan dengan kalangan orientalis yang sengaja mencari cari kesalahan alquran dari berbagai sudut,
Pertama, melalui periwayatan;
kedua, melalui penemuan manuskrip lama; dan
ketiga, melalui tafsiran dan kekuatan intelektual. 
oleh karena itu mari kita melihat melihat dan memahami dengan akal yang sehat sejarah  history pengumpulan alquran  dari satu generasi ke generasi.
pengertian: 
Makna dari pengumpulan (jam’ul quran) menurut para ulama’ ada dua pengertian :
1.  Pengumpulan dalam arti hifzuhu (mejaganya dalam hati) jumma’ul quran artinya penghafal-penghafalnya, orang yang mengahafal dalam hati
2.  Pengumpulan dalam arti kitabuhu kullihi (penulisan quran seluruhnya) baik memisah misah ayat ataupun menertipkan ayat-ayat semata.

A.      Pengumpulan alquran dalam arti mengahafalnya pada masa nabi
Dalam kitab shohih bukhori disebutkan ada tuju hafidzul quran, mereka adalah Abudullah bin Mas’ud, Salim bin Ma’qal bekas budak Huzaifah, Mu’adz bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Sabit, Abu Zaid bin Sakan dan Abi Darda’.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘As dikatakan “Aku mendengar Rasullah r berkata : Ambillah quran dari empat orang : Abdullah bin Mas’ud, Salim, Mu’adz dan Ubai bin Ka’b” (Bukhori)
Dari qatadah dikatakan: aku telah bertanya kepada Abas bin Malik: Siapakah orang yang hafal quran dimasa rasulallah ? dia menjawab : empat orang semuanya dari kaum ansar, Ubay bin Kab, Muad bin Jabal, Zaid bin Sabit dan Abu Zaid aku bertanya kepadanya: Siapakah Abi Zaid itu? Ia menjawab : salah seorang pamanku. (bukhori)
Dan diriwayatkan pula melalui Sabit, dari Anas yang mengatakan : Rasulalah r wafat sedang alquran belum dihafal kecuali oleh empat orang : Abu Darda’, Muad bin Jabal, Zaid bin Sabit dan Abi Zaid.(bukhori)
Pembatasan yang disebutkan dalam hadits tersebut, diartikan bahwa mereka itulah yang hafal seluruh isi quran diluar kepala dan telah menunjukkan hafalanya di hadapan nabi, serta isnad- isnadnya sampai kepada kita.
Mawardi berkata tentang riwayat Anas bahwa hadits tersebut tidak dapat diartikan demikian, sebab mungkin saja Anas tidak mengetahui ada orang lain yang mengahafalnya. Bila tidak, maka bagaimana ia mengetahui secara persis orang orang yang hafal al quran sedangkan para sahabat saat itu jumlahnya sangat banyak dan tersebar di berbagai wilayah
B.   Pengumpulan alquran  dalam arti penulisannya pada masa nabi
Rasulallah r mengangkat para penulis wahyu mereka adalah Ali, Muawiyah, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Sabit dan memerintahkan kepada mereka untuk menulis wahyu pada kulit, pelapah kurma, dan daun kayu, sedangkan yang lain ada yang menulis lantaran keinginan pribadi masing-masing.
Tulisan-tulisan pada masa nabi tidak terkumpul dalam satu mushaf, belum tentu mushaf yang ada pada salah seorang sahabat dimiliki oleh yang lain. Dan kemudian setelah Rasulallah saw wafat alquran telah di hafal dan tertulis namun masih belum terkumpul dalam satu mushaf masih tersusun dalam bentuk susunan yang terpisah surat-surat berada dalam satu lembaran namun terpisah-pisah sedangkan hanya ayat-ayatnya yang telah diurutkan.
Sedangkan alasan kenapa belum dikumpulkan pada zaman nabi, sebab nabi masih selalu menanti turunya wahyu dari waktu ke waktu, terkadang ada ayat yang menaskh ayat sebelumnya. Az-Zarkasih berkata : “Quran tidak dituliskan dalam satu mushaf pada masa nabi agar ia tidak berubah pada setiap waktu. Oleh sebab itu, penulisannya dilakukan kemudian sesudah quran turun semua, yaitu dengan wafatnya Rasulallah r
Dan pengumpulan quran pada masa nabi disebut dengan a. penghafalan dan b. pembukuan yang pertama.

C.    Pengumpulan alquran pada masa Abu Bakar
Setelah pasca wafatnya nabi Muhammad saw Abu Bakar tampil untuk mengambil alih  tampuk kepimpinan beliau setelah pilihan nabi jatuh pada dirinya, ia dihadapkan peristiwa yang sangat besar berkenaan dengan kemurtadan sebagian orang arab. Karena itu Abu Bakar menyiapkan banyak pasukan untuk memerangi orang-orang murtad tersebut. Peperangan Yamamah (12 H) yang melibatkan sebagian besar sahabat yang hafal quran yang kurang lebih 70 penghafal quran gugur didalamnya. Dan  menjadikan sahabat Umar ra khawatir akan hal itu, lalu ia menghadap kholifah Abu Bakar untuk mengajukan usul untuk mengumpulkan alquran karena dikhawatirkan akan musnah dari muka bumi ini.
      Namun Abu Bakar menolak atas usulan umar dengan alasan ini tidak pernah dilakukan Rasulallah r, sehingga Allah membuka hati Abu Bakar dan akhirnya ia mau menanggapi usulan Umar. Kemudian ia memerintahkan kepada Zaid bin Tsabid seorang sahabat yang hafal quran lagi pandai, serta mengungkapkan alas an yang di ungkapkan oleh Umar, untuk menulis alquran dan mengumpulkannya,  awalnya ia menolak namun Allah bukakan hatinya untuk menulisnya lantaran maslahat yang besar atas kaum muslimin setelahnya. Dan Zaid memulai penulisan itu bersandar pada hafalan dalam hati para qurra dan catatan yang ada pada para penulis, ia mengumpulkannya dari pelapah kurma, kepingan-kepingan batu dan sampai beliau mendapatkan akhir surat at-taubah (tulisan dan hafalan) pada Abu Khuzaimah Al-Anshori yang tidak ia dapatkan dari yang lain. Dan setelah Abu Bakar wafat lembaran-lembaran itu berpindah ketangan Umar bin Khattab hingga ia wafat. Kemudian berpindah ketangan Hafshoh putri Umar.
      Ketelitian dan kehati-hatian zaid dalam mengemban amanah, ia tidak menerima hafalan maupun lembaran kecuali setelah tulisan itu disaksikan oleh dua orang saksi dan orang yang membawa tulisan itu pernah mendengar dari Rasulallah r, sekalipun Zaid telah hafal. As-Syakhawi berkata menyebutkan dalam jamalul qurra’: yang dimaksudkan ialah kedua saksi itu menyaksikan bahwa catatan itu ditulis di hadapan Rasulallah r atau dua orang saksi itu menyaksikan bahwa catatan tadi sesuai dengan salah satu cara yang dengan itu alquran di turunkan.
Abu Syamah berkata maksud dari mereka adalah agar Zaid tidak menuliskan quran kecuali diambil dari sumber asli yang dicatat di hadapan Nabi, bukan semata-mata dari hafalan. Oleh karena itu Zaid berkata tentang akhir surah taubah ‘aku tidak mendapatkannya pada orang lain,’ maksudnya adalah aku tidak mendapatkannya dalam keadaan tertulis pada orang lain. Sebab ia tidak mengangap cukup hanya didasarkan pada hafalan tanpa adanya catatan.
        Dan pengumpulan ini dinamakan sebagai  pengumpulan yang kedua.
D.    Pengumpulan quran pada masa utsman
Ketika Utsman khawatir akan perdebatan manusia dalam bacaan alquran ditengah- tengah masa kekhilafahannya, beliau mulai mengumpulkan alquran dalam satu bacaan yang telah Rasulallah r  pelajari dari malaikat jibril pada masa- masa akhir hayatnya.
Adapun sebab perbedaan itu adalah ketika Hudzaifah bin Al-Yaman pada sebagian peperangannya melihat, bahwa setiap negara memiliki bacaan yang berbeda-beda seperti orang Syam yang memakai qira’ahnya Miqdad dan Abu Darda’, Iraq Abdullah bin Mas’ud dan Abi Musa sehingga orang yang tidak mengetahui kebolehan atas bacaan yang tujuh itu, akan menganggap bahwa hanya bacaannya sajalah yang benar. Dan jikalau ada bacaan yang tidak sesuai dengan mereka maka akan saling menyalahkan dan mengkafirkan, sehingga akan muncullah musibah yang sangat besar dan ketika beliau melihat kondisi kaum muslimin seperti itu, maka, dengan segera beliau temui kholifah Utsman bin Affan untuk mengusulkan supaya menjadikan alquran dalam satu bacaan demi mencegah sesuatu yang tidak diinginkan dan bahaya yang besar diantara manusia. Maka Utsman memanggil Zaid bin Tsabit untuk menulis wahyu dalam bahasa Quraisy, lalu disebarkan kenegeri Syam, Mesir, Yaman, Madinah dan mengumpulkan alquran yang ada ditangan kaum muslimin untuk beliau bakar. Kemudian khalifah Utsman menemui Zaid bin Tsabit, Abdullah bin zubair, Sa’id bin ‘u dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam untuk menyalinya dan Utsman berwasiat kepada mereka,
اذا اختلفتم أنتم وزيد بن ثابت فى شئ من القران فاكتبوه بلسان قريش, فانه انما نزل بلسانهم
“Bila kamu berselisih pendapat dengan Zaid bin Sabit tentang sesuatu dari quran, maka tulislah dengan logat quraisy, karena quran diturunkan dalam bahasa quraisy.”
Setelah mushaf asli dikembalikan kepada hafsoh lalu beliau mengirim pula kesetiap wilayah dan ditahannya satu mushaf di madinah yang dinamakan sebagai mushaf imam dan menyuruh kepada para sahabatnya untuk menjadikan satu mushaf tersebut sebagai pedoman dan membakar mushaf yang lain serta meningalkan enam huruf yang lain, bukan berarti meningalkan bacaan yang tujuh namun tujuh huruf tersebut masih disampaikan dengan riwayat yang mutawatir dan itulah yang mereka lakukan.
Kemudian bagaimana jika ada peryataan yang mengatakan bahwa bagaimana kita meningalkan ajaran Rasulallah r dengan tidak mengunakan qiro’ah sab’ah ?
Maka jawabnya adalah sesungguhnya perintah Rasulallah dengan mengunakan tujuh bacaan adalah  bukan merupakan bentuk yang wajib namun menunjukkan rukhsoh (keringanan).

Perbedaan antara pengumpulan abu bakar dan utsman t
            Sungguh sangat jelas perbedaan antara pengumpulan pada masa Abu Bakar dan pada masa Utsman, jika ditinjau dari sisi motif dan metode dari masing-masing pengumpulannya.
            Motif dari pada Abu Bakar dalam pengumpulan alquran ini adalah karena kekhawatiran beliau akan hilangnya quran setelah banyaknya huffadz yang gugur dalam peperangan yang melibatkan para qurro gugur sebagai syuhada’. Sedangkan motif dari pada sahabat utsman t adalah lantaran banyaknya perbedaan dalam cara-cara membaca alquran yang disaksikannya sendiri di daerah-daerah dan mereka saling menyalahkan bahkan mengkafirkan satu sama lain.
            Adapun metode pengumpulan pada masa Abu Bakar t adalah dengan memindahkan semua tulisan atau catatan quran yang semula bertebaran di kulit-kulit binatang, tulang, dan pelapah kurma kemudian dikumpulkan dalam satu mushaf, dengan ayat dan surah surahnya yang tersusun serta terbatas bacaan yang tidak dimansukh dan mencakup ketujuh huruf sebgaimana ketika alquran itu diturunkan.
Sedangkan metode pengumpulan pada masa Utsman t adalah dengan menyalinya dalam satu huruf diantara tujuh huruf itu, untuk mempersatukan kaum muslimin dalam satu mushaf dan satu huruf yang mereka baca tanpa keenam huruf lainnya.[1]
Sedangkan para ulama berbeda pendapat atas mushaf yang dikirimkan oleh Utsman diberbagai wilayah :
a.      Ada yang mengatakan jumlahnya adalah tujuh buah mushaf yang dikirimkan ke Makkah, Syam, Basroh, Kufah, Yaman, Bahrain, dan Madinah.[2]
b.      Ada juga yang mengatakan bawa jumlahnya ada empat buah, masing-masing dikirimkan ke Irak, Syam, Mesir dan mushaf imam; atau dikirimkan ke Kufah, Basroh, Syam dan mushaf imam.[3]
c.       Ada juga yang mengatakan bahwa jumlahnya adalah lima mushaf. As-suyuti berkata bahwa pendapat inilah yang paling masyhur.
Adapun lembaran yang ada ditangan Hafsoh masih ada ditanganya hingga ia wafat dan akhirnya dimusnahkan[4] ada yang mengatakan bahwa lembaran tersebut di ambil oleh Marwan bin Hakam lalu dibakar.
Lembaran-lembaran yang ditulis oleh Utsman tidak satupun yang ditemukan, menurut Ibnu Katsir[5] beliau menemukan satu buah diantaranya berada di masjid Damsyik di Syam. Mushaf tersebut terbuat dari kulit unta dan diriwayatkannya pula mushaf Syam ini di bawa ke Inggris setelah beberapa lama berada ditangan kaisar Rusia di perpustakaan Leningrad. Juga dikatakan bahwa mushaf itu terbakar dalam masjid Damsyik pada tahun 1310 H. pengumpulan ini disebut dengan pengumpulan ketiga yang dilaksanakan pada 25 H.

Keraguan yang harus di conter
Mereka yang tak suka dengan islam akan senantiasa menggumbar hawa nafsu fitnah untuk melemahkan alquran dan kecermatan pengumpulannya,
1.      Mereka berkata, dari atsar-atsar terdahulu menunjukkan bahwa ada beberapa bagian quran yang tidak dituliskan dalam mushaf-mushaf yang ada ditangan kita ini. Mereka berdalil,
A.    Sebagai bukti hadits,

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ سَمِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَقْرَأُ فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ رَحِمَهُ اللَّهُ لَقَدْ أَذْكَرَنِي كَذَا وَكَذَا آيَةً أَسْقَطْتُهُنَّ مِنْ سُورَةِ كَذَا وَكَذَا  وفي رواية : أسقيطتهن من اية كذا وكذا. وفي رواية : كنت أنسيتها
Dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendengar sesoerang membaca Al Qur'an di masjid lalu Beliau bersabda: "Semoga Allah merahmati orang itu. Sungguh dia telah mengingatkan aku tentang ayat ini dan itu yang aku telah lupa dari surat ini dan itu , dalam suatu riwayat : aku telah menggugurkannya dari ayat ini dan ini. Dan ada lagi riwayat yang mengatakan aku telah dibuat lupa terhadapnya" (HR Bukhori – Muslim)
Jawab ; karena lupa tidaklah dapat menimbulkan keraguan dalam hal pengumpulan quran karena riwayat yang mengandung ungkapan ‘menggugurkan’ maknanya adalah ‘lupa’, sebagaimana ditunjukkan kata-kata ‘telah mengingatkanku’. Sifat lupa rasulallah r  merupakan hal yang wajar sebagaimana sifat manusia biasa yang kadang salah dan lupa. Disamping itu ayat-ayat tersebut telah dihafal Rasulallah r, dicatat oleh para penulis wahyu dan dihafal para sahabat. Hafalan dan pencatatannya pun telah mencapai tingkat mutawatir. Dengan demikian lupa yang dialami oleh Rasulallah r sesudah itu tidak mempengaruhi kecermatan dalam pengumpulan quran karena maksud hadits tersebut adalah demikian.

B.      Allah berfirman dalam surah al’ala,
سَنُقْرِئُكَ فَلا تَنْسَى  *إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ*……..

Kami akan membacakan (Al Qur'an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki.” (al-a’la : 6-7)  kalau demikian berarti pengecualian dalam ayat ini menunjukkan bahwa ada beberapa ayat yang terlupakan oleh Rasulallah saw dan mengesankan suatu keharusan.
Syaikh Muhammad Abduh mengemukakan dalam menafsirkan ayat ini sebagai berikut : oleh karena janji itu dituangkan dalam ungkapan menunjukkan keharusan dan kekal, sehingga kadang terkesan bahwa kekuasaan Allah tidak meliputi selain itu, dan bahwa yang demikian dipandang telah keluar dari kehendakNya, maka didatangkanlah pengecualian dengan firmanNya, kecuali kalau Allah menghendaki. Sebab jika Dia berkehendak membuatmu (Muhammad) lupa terhadap sesuatu, tak ada sesuatu pun yang dapat mengalahkan kehendak-Nya.
Mengenai riwayat tentang kelupaan Nabi sehingga perlu diingatkan, maka seandainya itu benar,  tetapi ini tidaklah menyangkut kitab dan hukum-hukum Allah yang diturunkan kepada nabi untuk disampaikan kepada ummat.
2.      Mereka mengatakan, dalam alquran terdapat suatu yang bukan quran, mereka berhujjah dengan riwayat yang menyatakan bahwa Ibnu Mas’ud mengingkari surat Annas dan Alfalaq termasuk dari quran.
Jawaban : An-Nawawi mengatakan dalam syarh Al-Muhadzzab : “kaum muslimin sepakat bahwa kedua surah (An-nas dan Alfalaq) itu dan surah alfatihah termasuk quran. Dan siapa saja yang mengingkarinya, sedikitpun, ia adalah kafir. Sedangkan riwayat yang diterima dari Ibnu Mas’ud adalah bathil, tidak sahih. ” Ibnu Hazm berpendapat, riwayat tersebut merupakan pendustaan dan pemalsuan atas nama terhadap Ibnu Mas’ud.
Kalau memang itu benar, maka yang dapat dipahami adalah bahwa Ibnu Mas’ud tidak pernah mendengar kedua surah itu secara langsung dari Rasulallah saw, sehingga ia berhenti dan tidak memberikan komentar mengenainya sedangkan kedua surah itu merupakan dari alquran yang mutawatir. Argument ini dapat membantah juga isu bahwa mushaf Ibnu Mas’ud tidak memuat surat alfatihah.
3.      Segolongan Syiah ekstrim menuduh Abu Bakar, Umar dan Utsman telah merubah quran     أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ(an-nahl : 92) yang pada aslinya adalah
أئمة هي أزكى من أئمتكم   dan juga pada surat al ahzab mengenai alhu bait yang panjangnya sama dengan surah al-an’am.
Jawab : pernyataan mereka adalah bathil, tuduhan yang tanpa bukti. Padahal sebagian ulama’-ulama’nya syiah sendiri saja berlepas diri dari tuduhan mereka kepada islam. Dan apa yang diterima Ali yang mereka jadikan sebagai tumpuan (Tasyayyu’) bertentangan dengan hal tersebut dan bahkan menunjukkan kesepakatan mengenai kemutawatiran quran yang tertulis dalam mushaf. Dan imam Ali berkomentar positif dengan penpumpulan quran pada masa Abu Bakar dan Utsman dengan perkataannya : “Manusia yang paling berjasa bagi mushaf-mushaf quran adalah Abu Bakar, semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya karena dialah orang yang pertama yang mengumpulkan kitabullah” dan kepada utsman , “wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Allah jauhilah sikap berlebih lebihan terhadap Utsman dan perkataanmu bahwa ialah yang membakar mushaf. Demi Allah, ia membakarnya berdasarkan persetujuan kami, sahabat-sahabat Rasulallah, dan mengatakan : kalau seandainya itu terjadi pada masaku maka ku akan melakukan apa yang dilakukan oleh Utsman” jawaban ini dapat membungkam para pendusta yang mengira bahwa mereka adalah pengikut Ali.
Penertiban ayat-ayat
Ayat adalah sejumlah kalam Allah yang terdapat dalam sebuah surah quran. Surah adalah sejumlah ayat quran yang mempunyai permulaan dan kesudahan. Tertib atau urutan ayat-ayat quran adalah berdifat tauqifi, ketentuan rasulallah saw Pendapat ini adalah pendapat ijma’, diantaranya adalah az-zarkasyi dalam alburhan dan abu ja’far ibnuz zubair dalam munasabahnya. Sebagaimana mereka mengatakan, “tertib ayat-ayat didalam surah-surah itu berdasarkan tauqifi dari rasulullah dan atas perintahnya, tanpa di perselisihkan kaum muslimin.”
Ibnu zubair berkata : aku mengakatakan kepada utsman bahwa ayat dan orang-orang yang meninggal dunia diantara kamu dengan meninggalkan istri-istri ..(albaqarah : 234) telah dimansukh oleh ayat lain. Tetapi, mengapa anda menuliskannya atau membiarkannya dituliskan ? ia menjawab : ‘kemenakanku, aku tidak mengubah sesuatu pun dari tempatnya’ (HR, Bukhori)
Dan terdapat juga sejumlah hadits yang menunjukkan keutamaan beberapa ayat dari surah-surah tertentu. Ini menunjukkan bahwa tertib ayat-ayat bersifat tauqifi. Diriwayatkan dari abu darda’ dalam hadits marfu’ “barang siapa yang hafal sepuluh ayat dari awal (akhir) surah kahfi, Allah akan melindunginya dari Dajjal” (HR,Muslim)  dan juga ketika umar bertanya tentang letak ayat kalalah kemudian nabi menekan dada umar dan mengatakan “tidak cukupkah bagimu ayat yang diturunkan pada musin panas, yang terdapat diakhir surah Nisa’” (HR,Muslim) sebagaimana pula ketika nabi membaca ayat-ayat quran dalam shalatnya bersama para sahabat dalam khutbah jumat seperti surah baqarah, ali imron dan annisa’.
Tertib surah         
Para ulama’ berbeda pendapat dalam tertib surah-surah quran.
  1. Bahwa tertib surah itu tauqifi dan ditangani langsung oleh nabi
Bukhori meriwayatkan dari ibnu ma’sud, bahwa ia mengatakan tentang surah bani isroil, kahfi, maryam, taha dan anbiya’ “surah surah itu termasuk yang diturunkan dimekah dan yang pertama tama aku pelajari.” Kemudian ia menyebutkan surah surah itu secara berurutan sebagaimana tertib susunan seperti sekarang ini.
  1. Bahwa tertib surah berdasarkan ijtihad para sahabat, mengingat adanya perbedaan perbedaan tertib dalam mushaf- mushaf mereka. Seperti mushaf ali yang disusun menurut tertib nuzul, mushaf  ibn mas’ud yang ditulis pertama kali adalah surah albaqarah, nisa’, ali imran.
  2. Dikatakan bahwa sebagian surah itu tertibnya tauqifi dan sebagian lainya berdasarkan ijtihad para sahabat.
Adapun pendapat kedua adalah pendapat yang tidak ada dasar dalil, sebab mushaf dari masing masing mereka adalah merupakan bentuk ikhtiyar mereka pun, itu sebagai ijtihad maka mereka akan berpegang kepada ijtihad mereka masing-masing. Tapi kenyataanya ketika mushaf utsman di tetapkan mereka pun menyepakatinya.
Surah-surah dan ayat ayat dalam quran
Surat dalam quran terbagi menjadi empat bagian
1.      At-tiwal ada tujuh surah yaitu albaqarah, ali imron, nisa’, ma’idah, an’am, a’rof dan yagn ketujuh ada yang mengatakan anfal dan bara’ah sekaligus karena tidak dipisah dengan basmalah di antara keduanya. Dan dikatakan juga ketujuh itu adalah surah yunus.
2.      Al-mi’un surah-surah yang ayatnya lebih dari seratus atau sekitar itu.
3.      Almasani yaitu surah surah yang jumlah ayatnya dibawah almi’un. Dinamakan masani karena surah itu diulang ulang bacaannya lebih banyak dari at-tiwal dan almi’un.
4.      Almufashol karena dimulai dari surah qof atau hujurot, dan ada yang mengatakan dari surah yang lain. Sedangkan mufashol sendiri dibagi menjadi tiga bagian,
a.      Tiwal, dinamakan demikian karena banyaknya pemisah antara surah satu sama lain dengan basmalah dan tiwal dimulai dari surah qof atau hujurot samapi dengan ‘amma atau buruj.
b.      Ausat, dimulai dari surah ‘amma atau buruj sampai dengan dhuha atau lam yakun (albaiyinah)
c.       Qishor , dimulai dari surah duha atau bayinah sampai dengan surah quran terakhir
Adapun surah dalam alquran terdapat 114 surah, ada juga yang mengatakan 113 karena surah alanfal dengan at-taubahdianggap saru surah adapun jumlah ayatnya 6.200 lebih namun kelebihan ini masih diperselisihkan. Ayat terpanjang adalah ayat tentang utang piutang dan surah terpanjang adalah surah albaqarah.
Ar-Rasmu utsmani
Metode yang dilakukan oleh kalangan sahabat utsman dalam mengumpulkan quran menjadi satu bacaan dinamakan sebagai ar-rasmu utsmani lil mushaf dinisbatkan kepada usman. Tetapi para ulama’ berbeda pendapat tentang status hukumnya.
1.      Sebagian dari mereka berpendapat bahwa rasam usmani buat quran ini bersifat tauqifi yang wajib dipakai dalam penulisan quran.
2.      Bukan tauqifi dari nabi, tetapi hanya tulisan yang disetujui usman dan diterima umat dengan baik, sehingga menjadi keharusan yang wajib dijadikan peganngan dan tidak boleh dilanggar.
3.      Segolongan orang berpendapat rasm usmani adalah sebuah istilah, tata cara, dan tidak mengapa jika tidak mengunakan rasm usmani bila orang telah mengunakan rasm tertentuuntuk imla dan rasm itu tersiar luas di antara mereka.
Menurut pengarang kitab pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang kedua, yakni quran harus ditulis dengan rasm usmani yang sudah dikenal dalam penulisan mushaf.
Sedangkan rasm usmani adalah bentuk ragam tulisan yang telah diakui dan diwarisi oleh umat islam sejak masa usman. Dan pemeliharaan rasm usmani merupakan jaminan kuat bagi penjagaan quran dari perubahan dan penggantian huruf-hurufnya. Seandainya diperbolehkan dengan rasm imla’ yang lain maka otomatis alquran akan berubah disetiap masa kemasa. Bahkan kaidah-kaidah imla’ berbeda-beda kecenderunganya pada masa kemasa dan bervariasa pula dalam beberapa kata diantara saru negri dengan negeri lain.
Perbaikan rasm Usmani
Mushaf usman tidak memakai sakal dan tanda baca titik karena didasarkan pada watak pembawaan orang-orang arab yang masih murni, sehingga mereka tidak memerlukan syakal dengan harakat dan pemberian titik.
As-suyuti menyebutkan dalam al itqon bahwa abul aswad ad-du’ali adalah orang pertama yang melakukan usaha itu atas perintah abdul malik bin marwan, bukan atas perintah ziyad. Ketika itu orang telah membaca mushaf usman selama lebih dari empat puluh tahun hingga masa kekholifahan abdul malik. Tetapi masih juga banyak orang yang membuat kesalahan dan kesalahan itu merajalela di Irak, maka para penguasa memikirkan pembuatan tanda baca, titik dan syakal.
Ada juga beberapa riwayat lain yang menisbatkan pekerjaan ini kepada  orang lain diantaranya adalah, hasan albashri, yaya bin ya’mar dan nasr bin ‘asim al-laisi. Tetapi abul aswad terkenal dalam hal ini. Dan mereka memiliki peran penting juga dalam pensyakalan alquran atau perbaikan mushaf usmani.
Fasilah dan ro’sul ayat
Fasilah adalah pembicaraan yang terputus dengan kalam sesudahnya. Adapun yang dimaksud dengan ro’sul ayat adalah akhir ayat yang padanya diletakkan tanda fashl (pemisah) antara satu ayat dengan ayat yang lain.
Dalam alquran fashal itu bermacam- macam diantaranya ;
  1. Fasilah mutamasilah seperti dalam surah ath-thur ayat 1
  2. Fasilah mutaqoribah fil huruf seperti dalam surah alfatihah ayat 3 karena dekatnya huruf mim dan nun dalam akhir kata
  3. Fasilah mutawaziyah adalah bila dua kata sama dalam irama dan huruf-huruf sajaknya, seperti firmanNya alghosyiyah ayat 13-14.
  4. Fasilah mutawazin adalah bila hanya itama yang diperhatikan dalam penggalan kalimat seperti firmanNya dalam surah al ahzab ayat 10





[1] Sebagaimana pendapat yang di paparkan oleh ibnu Tiin
[2] Sebagaimana yang disampaikan dari ibnu abu daud yang mengatakan : ‘aku mendengar abu hatim u-sijistani berkata ‘telah ditulis tujuh buauh mushaf, lalu dikirimkan ke mekah, syam, bahrain, basroh, kufah, dan sebuah yang ditahan dimadinah’
[3] Sebagaimana yang dikatakan oleh abu ‘amr ad-dani dalam al-muqni
[4] Tafsir thobari jilid 1 halaman 61
[5] Dalam kitabnya fada’ilul quran

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes