Orang tua harus pandai memahami kondisi anaknya. Rewel
atau tangisan merupakan salah satu bahasa ekspresi anak.
"Begitulah kondisi anak kecil. Dia menjadikan tangis
sebagai ekspresi diri untuk mengungkapkan dan menyikapi sesuatu. Karena
menangis adalah bahasa bayi dan anak kecil. Tangis memberitahukan bahwa dia
dalam keadaan lapar, basah, panas, dingin, bosan, frustasi, dan
sebagainya," papar Eri Soekresno.
Karenanya, tangisan pada anak harus disikapi dengan
bijak. "Sebagian bayi lebih sering menangis karena factor karakternya
sejak awal, mudah kecewa dan sulit untuk tenang," ujar Dr. Irwan Prayitno.
Kalau sang anak menangis, mungkin ia mengalami sedikit
rasa tidak nyaman secara fisik dan perusahaan fisiologisnya. Selain kelainan fisik,
anak rewel juga bisa disebabkan karena ketidaksiapannya secara psikologis. "Biasanya
anak belum siap menghadapi situasi lingkungan atau orang baru. Berbagai sikap
dan perilaku aneh muncul sebagai reaksi terhadap ketidaknyamanan yang
dirasakannya.
Karenanya, orangtua sebaiknya mendeteksi gejala tersebut
sejak dini agar masalah balita tidak berlarut-larut dan mengganggu perkembangan
psikologis dan kemampuan bersosialisasi dengan orang lain.
Gejala guling-guling, menjerit, memukul-mukul bisa
disebabkan beberapa hal. Diantaranya:
1.
Anak terlalu lelah, sehingga mudah
kesal dan tidak bisa mengendalikan emosinya.
2.
Gagal melakukan sesuatu, sehingga
anak menjadi emosi dan tak mampu mengendalikannya. Hal ini akan semakin parah
jika anak merasakan bahwa orang tuanya selalu membandingkannya dengan
oranglain, atau orang tua memiliki tuntutan yang tinggi pada anaknya.
3.
Jika anak menginginkan sesuatu,
selalu ditolak dan dimarahi. Sementara orangtua selalu memaksa anak untuk
melakukan sesuatu di saat dia sedang asyik bermain. Mungkin orangtua tidak
mengira bahwa hal ini akan menjadi masalah pada si anak di kemudian hari. Akan
tetapi ini adalah konflik yang akan merusak emosi si anak. Akibatnya emosi anak
akan meledak.
4.
Lemahnya perkembangan mental anak.
Pada anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan mentalnya, anak sering
putus asa untuk mengungkapkan maksudnya pada orang lain.
Karenanya,
sikap rewel, suka menangis dan ngambek pada anak, harus disikapi dengan bijak.
Marah ketika anak sedang rewel hanya akan menambah parah suasana. Dibutuhkan
kesabaran untuk menghadapi anak rewel dan suka menangis.
Bahasa
tangis anak harus dipahami orangtua karena hal tersebut berkaitan dengan sikap
orang tua terhadap anak akhirnya sangat berpengaruh pada sifat dan kepribadian
anak. Orangtua yang acuh terhadap anaknya akan menyebabkan anak tumbuh dengan
sifat acuh pula sampai ia dewasa. Tidak wajar orangtua menyikapi tangis anak
dengan menganggapnya sebagai sikap cengeng anak.
Sabili No. 13 TH. XI 15
Januari 2004 / 23 Dzulqo'dah 1424 H
0 komentar:
Posting Komentar